Orang yang bijak mengetahui bahwa hidupnya yang sehat dan benar adalah hidup
yang penuh dengan kebahagiaan dan ketentraman, dan bahwasanya itu pendek sekali.
Maka, tidaklah sepatutnya ia memendekkannya lagi dengan kegundahan dan kelarutan
bersama kekeruhan pikiran. Karena, hal itu bertentangan dengan hidup sehat dan
benar. Maka orang yang bijak sangat menghemat hidupnya, jangan sampai
hari-harinya hilang begitu saja dirampas kegundahan dan kekeruhan
pikiran.
Dalam hal ini tidak ada bedanya antara orang-orang yang taat dan orang yang jahat. Hanya saja, dalam mewujudkan kehidupan sehat bahagia ini, orang mu’min memiliki nilai lebih dan perolehan lebih di sisi manfaat duniawi maupun ukhrawi.
[Disalin dari buku Al-Wasailu Al-Mufidah Lil Hayatis Sa’idah, edisi Indonesia Dua Puluh Tiga Kiat Hidup Bahagia, Penerjemah Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma’ruf, Penerbit Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia Jakarta]
Dalam hal ini tidak ada bedanya antara orang-orang yang taat dan orang yang jahat. Hanya saja, dalam mewujudkan kehidupan sehat bahagia ini, orang mu’min memiliki nilai lebih dan perolehan lebih di sisi manfaat duniawi maupun ukhrawi.
[Disalin dari buku Al-Wasailu Al-Mufidah Lil Hayatis Sa’idah, edisi Indonesia Dua Puluh Tiga Kiat Hidup Bahagia, Penerjemah Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma’ruf, Penerbit Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia Jakarta]