Para imam hadits mendapat gelaran keahlian dalam bidang ilmu hadits sesuai dengan keahlian, kemahiran, dan kemampuan hafalan ribuan hadits beserta ilmu-ilmunya. Gelar keahlian itu ialah sebagai berikut.
Amirul Mu'minin fil Hadits
Gelar ini sebenarnya diberikan kepada para khalifah setelah Khalifah Abu Bakar r.a. Para khalifah diberikan gelar demikian mengingat jawaban Nabi atas pertanyaan seorang sahabat tentang siapakah yang dikatakan khalifah, bahawa khalifah ialah orang-orang sepeninggalan Nabi yang sama meriwayatkan haditsnya. Pada muhaddisin pada masa itu seolah-olah berfungsi khalifah dalam menyampaikan sunah. Mereka yang memperoleh gelar ini antara lain Syu'bah Ibnul Hajjaj, Sufyan ats-Tsauri, Ishaq bin Rahawaih, Ahmad bin Hambal, Al-Bukhari, Ad-Daruquthni, dan Imam Muslim.
Al-Hakim
Iaitu, suatu gelaran keahlian bagi imam-imam hadits yang menguasai seluruh hadits yang marwiyah (diriwayatkan), baik matan mahupun sanadnya dan mengetahui ta'dil (terpuji) dan tajrih (tercelanya) rawi-rawi. Setiap rawi diketahui sejarah hidupnya, perjalanannya, guru-guru dan sifat-sifatnya yang dapat diterima mahupun yang ditolak. Ia harus dapat menghafal hadits lebih dari 300.000 hadits beserta sanadnya. Para muhaddisin yang mendapat gelaran ini antara lain Ibnu Dinar (meninggal 162 H), Al-Laits bin Sa'ad, seorang mawali yang menderita buta di akhir hayatnya (meninggal 175 H), Imam Malik (179), dan Imam Syafii (204 H).
Al-Hujjah
Iaitu, gelaran keahlian bagi para imam yang sanggup menghafal 300.000 hadits, baik matan, sanad, mahupun perihal si rawi tentang keadilannya, kecacatannya, biografinya (riwayat hidupnya). Para muhaditsin yang mendapat gelaran ini antara lain ialah Hisyam bin Urwah (meninggal 146 H), Abu hudzail Muhammad bin Al-Walid (meninggal 149 H), dan Muhammad Abdullah bin Amr (meninggal 242 H).
Al-Hafidz
Ialah gelaran untuk ahli hadits yang dapat menshahihkan sanad dan matan hadits dan dapat men-ta'dil-kan dan men-jarh-kan rawinya. Seorang al-hafidh harus menghafal hadits-hadits sahih, mengetahui rawi yang waham (banyak purbasangka), illat-illat hadits dan istilah-istilah para muhaditsin. Menurut sebahagian pendapat, al-hafidz itu harus mempunyai kapasiti menghafal 100.000 hadits. Para muhaddisin yang mendapat gelaran ini antara lain Al-Iraqi, Syarafuddin ad-Dimyathi, Ibnu Hajar al-Asqalani, dan Ibnu Daqiqil Id.
Al-Muhaddits
Menurut muhaddisin-muhadditsin mutaqaddimin, al-hafidz dan al-muhaddits itu sama erti. Tetapi, menurut mutaakhkhirin, al-hafidz itu lebih khusus daripada al-muhaddits. Kata At-Tajus Subhi, "Al-muhaddits ialah orang yang dapat mengetahui sanad-sanad, illat-illat, nama-nama rijal (rawi-rawi), ali (tinggi), dan nazil (rendah)-nya suatu hadits, memahami kutubus sittah: Musnad Ahmad, Sunan al-Baihaqi, Majmu Thabarani, dan menghafal hadits sekurang-kurangnya 100 buah. Muhaddisin yang mendapat gelaran ini antara lain Atha bin Abi Ribah (seorang mufti masyarakat Mekah, wafat 115 H) dan Imam Az-Zabidi (salah seorang ulama yang mengikhtisharkan kitab Bukhari-Muslim."
Al-Musnid
Yakni, gelaran keahlian bagi orang yang meriwayatkan sanadnya, baik menguasai ilmunya mahupun tidak. Al-musnid juga disebut dengan at-thalib, al-mubtadi, dan ar-rawi.
Sumber: Diadaptasi dari Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Drs. Fatchur Rahman.
Amirul Mu'minin fil Hadits
Gelar ini sebenarnya diberikan kepada para khalifah setelah Khalifah Abu Bakar r.a. Para khalifah diberikan gelar demikian mengingat jawaban Nabi atas pertanyaan seorang sahabat tentang siapakah yang dikatakan khalifah, bahawa khalifah ialah orang-orang sepeninggalan Nabi yang sama meriwayatkan haditsnya. Pada muhaddisin pada masa itu seolah-olah berfungsi khalifah dalam menyampaikan sunah. Mereka yang memperoleh gelar ini antara lain Syu'bah Ibnul Hajjaj, Sufyan ats-Tsauri, Ishaq bin Rahawaih, Ahmad bin Hambal, Al-Bukhari, Ad-Daruquthni, dan Imam Muslim.
Al-Hakim
Iaitu, suatu gelaran keahlian bagi imam-imam hadits yang menguasai seluruh hadits yang marwiyah (diriwayatkan), baik matan mahupun sanadnya dan mengetahui ta'dil (terpuji) dan tajrih (tercelanya) rawi-rawi. Setiap rawi diketahui sejarah hidupnya, perjalanannya, guru-guru dan sifat-sifatnya yang dapat diterima mahupun yang ditolak. Ia harus dapat menghafal hadits lebih dari 300.000 hadits beserta sanadnya. Para muhaddisin yang mendapat gelaran ini antara lain Ibnu Dinar (meninggal 162 H), Al-Laits bin Sa'ad, seorang mawali yang menderita buta di akhir hayatnya (meninggal 175 H), Imam Malik (179), dan Imam Syafii (204 H).
Al-Hujjah
Iaitu, gelaran keahlian bagi para imam yang sanggup menghafal 300.000 hadits, baik matan, sanad, mahupun perihal si rawi tentang keadilannya, kecacatannya, biografinya (riwayat hidupnya). Para muhaditsin yang mendapat gelaran ini antara lain ialah Hisyam bin Urwah (meninggal 146 H), Abu hudzail Muhammad bin Al-Walid (meninggal 149 H), dan Muhammad Abdullah bin Amr (meninggal 242 H).
Al-Hafidz
Ialah gelaran untuk ahli hadits yang dapat menshahihkan sanad dan matan hadits dan dapat men-ta'dil-kan dan men-jarh-kan rawinya. Seorang al-hafidh harus menghafal hadits-hadits sahih, mengetahui rawi yang waham (banyak purbasangka), illat-illat hadits dan istilah-istilah para muhaditsin. Menurut sebahagian pendapat, al-hafidz itu harus mempunyai kapasiti menghafal 100.000 hadits. Para muhaddisin yang mendapat gelaran ini antara lain Al-Iraqi, Syarafuddin ad-Dimyathi, Ibnu Hajar al-Asqalani, dan Ibnu Daqiqil Id.
Al-Muhaddits
Menurut muhaddisin-muhadditsin mutaqaddimin, al-hafidz dan al-muhaddits itu sama erti. Tetapi, menurut mutaakhkhirin, al-hafidz itu lebih khusus daripada al-muhaddits. Kata At-Tajus Subhi, "Al-muhaddits ialah orang yang dapat mengetahui sanad-sanad, illat-illat, nama-nama rijal (rawi-rawi), ali (tinggi), dan nazil (rendah)-nya suatu hadits, memahami kutubus sittah: Musnad Ahmad, Sunan al-Baihaqi, Majmu Thabarani, dan menghafal hadits sekurang-kurangnya 100 buah. Muhaddisin yang mendapat gelaran ini antara lain Atha bin Abi Ribah (seorang mufti masyarakat Mekah, wafat 115 H) dan Imam Az-Zabidi (salah seorang ulama yang mengikhtisharkan kitab Bukhari-Muslim."
Al-Musnid
Yakni, gelaran keahlian bagi orang yang meriwayatkan sanadnya, baik menguasai ilmunya mahupun tidak. Al-musnid juga disebut dengan at-thalib, al-mubtadi, dan ar-rawi.
Sumber: Diadaptasi dari Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Drs. Fatchur Rahman.