® Rajawally Intermezo

–·•Ο•·–

الإضافة

BAB IDHAFAH (MUDHAF DAN MUDHOF ILAIH)

نُوناً تَلِي الإعْرَابَ أو تَنْوِينَا ¤ ممّا تُضِيفُ احْذِفْ كَطُورِ سِينَا

Terhadap Nun yang mengiringi huruf tanda i’rob atau terhadap Tanwin dari pada kalimah yg dijadikan Mudhaf, maka buanglah! demikian seperti contoh: THUURI SIINAA’ = Gunung Sinai. 

وَالثَّانِيَ اجْرُرْ وانو من أَوْ فِي إذا ¤ لَمْ يَصْلُحِ الّا ذَاكَ وَالّلامَ خُذَا

Jar-kanlah! lafazh yg kedua (Mudhof Ilaih). Dan mengiralah! makna MIN atau FIY bilamana tidak pantas kecuali dengan mengira demikian. Dan mengiralah! makna LAM … <ke bait selanjutnya>. 

لِمَا سِوَى ذَيْنِكَ واخصص أولا ¤ أو أعطه التعريف بالذي تلا

pada selain keduanya (selain mengira makna Min atau Fiy). Hukumi Takhshish bagi lafazh yg pertama (Mudhaf) atau berilah ia hukum Ta’rif sebab lafazh yg mengiringinya (Mudhaf Ilaih). 
–·•Ο•·–
Setelah Bab Majrur sebab Huruf, selanjutnya Mushannif membahas tentang Majrur sebab Idhofah.
Pengertian Idhafah/Susunan Mudhaf dan Mudhof Ilaih adalah: Penisbatan secara Taqyidiyah (pembatasan) di antara dua lafazh yang mengakibatkan lafazh terakhir selalu di-jar-kan.
Contoh kita mengatakan:

كتاب

KITABUN* = Kitab/Buku
*Lafazh KITAABUN di sini masih bersifat Mutlak/umum belum ada Taqyid/pembatasan.
Contoh apabila kita berkata:

كتاب زيد

KITAABU ZAIDIN* = Kitab/Buku Zaid
  • Lafazh KITAABU = Mudhof
  • Lafazh ZAIDIN = Mudhaf Ilaih
  • Dengan demikian terjadilah Taqyid/pembatasan sebab Idhafah yakni memudhofkan lafazh KITAABUN kepada lafazh ZAIDUN.
Apabila dikehendaki Isim mudhaf pada Isim lain, maka perhatikan hukum-hukum yg berkenaan dengan Idafah, sebagai berikut:
Hukum Idhafah Pertama:
Wajib membuang Tanwin pada akhir kalimah isim yg menjadi Mudaf. apabila sebelum dijadikan Mudof ia mempunyai Tanwin.
Contoh sebelum susunan Idofah:

ركبت سيارة جديدة

ROKIBTU SAYYAAROTAN JADIIDATAN* = aku mengendarai Mobil Baru
Contoh menjadi Mudhaf tanwinnya dibuang:

ركبت سيارة زيد

ROKIBTU SAYYAAROTA ZAIDIN* = aku mengendarai Mobilnya Zaid.
Juga wajib membuang NUN pada akhir Isim Mutsanna, Jamak Mudzakkar Salim, dan Mulhaq-mulhaqnya, apa dimudhofkan. yaitu huruf NUN yg mengiringi huruf Tanda I’rob (yakni Nun yg ada setelah Wawu/Ya’ pada Jamak Mudzakkar Salim, atau Alif/Ya’ pada Isim Tatsniyah). contoh:

يسير الناس على جانبي الشارع

YASIIRUN-NAASA ‘ALAA JAANIBAYISY-SYAARI‘* = orang-orang berjalan di dua sisi pinggir jalan raya.

حاملو العلم محترمون

HAAMILUL-’ILMI MUHTAROMUUN* = orang yg punya ilmu mereka dihormati.
Jika Huruf NUNnya bukan Nun Tatsniyah atau Nun Jamak yakni bukan Nun yg mengiringi Huruf tanda I’rob, maka tidak boleh membuangnya. contoh:

المحافظة على الصلاة عنوانُ الاستقامة

AL-MUHAAFAZHOTU ‘ALASH-SHOLAATI ‘UNWAANUL-ISTIQOOMAH* = menjaga sholat adalah pertanda istiqomah.
Hukum Idofah Kedua:
I’rob Jar bagi Mudhaf Ilaih. Adapun amil Jar-nya adalah lafazh yg menjadi Mudhaf -demikian menurut Qoul yg shahih- alasannya: Lafazh Dhamir yg menjadi Mudhaf Ilaih dapat bersambung langsung dengan lafazh yg menjadi Mudhaf, yang mana dhamir tsb tidak akan bersambung kecuali kepada Amilnya, contohnya:

كتابك جديد

KITAABUKA JADIIDUN = Kitabmu baru.
Hukum Idhafah ketiga:
Wajib menyimpan Huruf Jar Asli yg ditempatkan antara Mudhaf dan Mudhaf Ilaih. Untuk memperjelas hubungan pertalian makna antara Mudaf dan Mudhaf Ilaeh-nya. Huruf-huruf simpanan tersebut berupa MIN, FIY dan LAM.
1. Idhafah menyimpan makna huruf MIN Lil-Bayan apabila Mudhaf Ilaih-nya berupa jenis dari Mudhaf. contoh:

خاتمُ ذهبٍ

KHOOTAMU DZAHABIN = cincin dari emas
Takdirannya adalah KHOOTAMUN MIN DZAHABIN’
2. Idhafah menyimpan makna huruf FIY Liz-Zharfi apabila Mudhaf Ilaih-nya berupa Zhorof bagi lafazh Mudhof. contoh:

عثمان شهيد الدار

‘UTSMAANU SYAHIIDUD-DAARI = Utsman Ra. adalah seorang yg mati Syahid di rumah.
Takdirannya adalah ‘UTSMAANU SYAAHIDUN FID-DAARI.
Atau berupa Zharaf Zaman.
Contoh ayat dalam Al-Qur’an:

بَلْ مَكْرُ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ

BAL MAKRUL-LAILI WAN-NAHAARI = “(Tidak) sebenarnya tipu daya(mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami) (QS. Saba’ : 33)
Takdirannya MAKRUN FIL-LAILI.

لِلَّذِينَ يُؤْلُونَ مِنْ نِسَائِهِمْ تَرَبُّصُ أَرْبَعَةِ أَشْهُرٍ

LILLADZIINA YU’LUUNA MIN-NISAA’IHIM TAROBBUSHU ARBA’ATI ASYHURIN = Kepada orang-orang yang meng-ilaa’ isterinya diberi tangguh empat bulan (lamanya). (QS. Al-Baqarah :226)
Takdirannya TAROBBUSHUN FIY ARBA’ATI ASYHURIN.
3. Idhafah menyimpan makna huruf LAM apabila tidak bermakna MIN atau FIY. contoh:

هذا كتاب زيد

HADZAA KITAABU ZAIDIN = ini kitab milik Zaid
Takdirannya: HADZAA KITAABUN LI ZAIDIN.
LAM berfungsi sebagai Lil-Mulk/Lil-Ikhtishosh Kepemilikan/Kewenangan.
Demikian Hukum-hukum yg berhubungan dengan Idhafah maknawi belum Idhofah Lafzhi yg akan dijelaskan pada bait-bait selanjutnya, berikut hukum-hukum Idhofah yg belum disebut disini.

X
Donasi yang tertampung akan digunakan untuk perkembangan Aplikasi/website ini, dan sebagian akan disumbangkan untuk Mesjid atau Madrasah

Donasi dapat melalui bank BRI
No Rekening : 416001002997504
Atas Nama : Yudi Mansopyan

Terimakasih..!