–·•Ο•·–
العطف
BAB
'ATHAF
عطف البيان'ATHAF BAYANالْعَطْفُ إِمَّا ذُو بِيانِ أوْ نَسَقْ ¤ وَالْغَرَضُ الآن بَيانُ مَا سَبَقْ
Athaf
terbagi: pertama Athaf Bayan, kedua Athaf Nasaq. Sasaran kali ini menerangkan
bagian Athaf yg pertama (Athaf
Bayan).
فَذُو الْبَيَانِ تَابعٌ شِبْهُ الصِّفَهْ ¤ حَقِيقَةُ الْقَصْدِ بِهِ مُنْكَشِفَهْ
Athaf Bayan
adalah Tabi’ menyerupai sifat, yang-mana hakekat yang dimaksud menjadi terungkap
dengannya.
–·•Ο•·– |
Athaf terbagi dua:
1. Athaf Bayan
2. Athaf Nasaq (akan diterangkan setelah Bab ini)
Definisi Athaf Bayan : Isim Tabi’ yg berfungsi sebagai Idhah (penjelas) atau sebagai Takhshish (pengkhusus), berupa Isim Jamid tanpa takwil.
Penjelasan Definisi :
TABI’ :
adalah Isim Jenis bagian dari Tawabi’.
IDHAH :
Apabila Matbu’nya berupa Isim Ma’rifah, untuk menghilangkan perkara serupa yang beredar dan mengarah pada maksud Isim Ma’rifah, dikarenakan mempunyai banyak kepenunjukan.
TAKHSHISH :
Apabila Matbu’nya berupa Isim Nakirah, untuk membatasi kepenunjukannya dan mempersempit jangkauannya.
Contoh sebagai Idhoh (penjelasan):
أكرمت محمداً أخاك
AKROMTU
MUHAMMADAN AKHOOKA = aku memulyakan Muhammad Saudaramu.
Lafazh AKHOOKA = berfungsi untuk menjelaskan
maksud daripada lafah “MUHAMMADAN” -sekalipun berupa Isim Ma’rifat- andaikan
tanpa penyebutan Tabi’, maka ia tetap membutuhkan tambahan keterangan dan
penjelasan.
Contoh sebagai Takhshish (penghusus):
سمعت كلمة خطبةً كثيرة المعاني قليلة الألفاظ
SAMI’TU
KALIMATAN KHUTHBATAN KHATSIIROTAL-MA’AANIY QOLIILATAL-ALFAAZHI = saya telah
mendengar kalimat khotbah yang kaya akan makna nan simpel
lafazhnya.
Lafazh KHUTHBATAN = sebagai Athaf Bayan, digunakan
sebagai pengkhusus dari Isim Nakirah “KALIMATAN” dikarenakan banyaknya
kepenunjukannya bisa kalimat syair, kalimat natsar, kalimat khotbah, kalimat
peribahasa dll. Oleh karena itu andaikan tanpa menyebut Tabi’ maka lafazh
“KALIMATAN” tetap dalam status keumumannya didalam banyaknya
kepenunjukannya.
Penyebutan Qoyyid IDHOH dan TAKHSHISH ini, untuk
mengeluarkan pengertian Tabi’ TAUKID, Tabi’ ATHAF NASAQ dan Tabi’ BADAL.
Contoh Taukid :
جاء الأمير نفسه
JAA’A AL-AMIIRU
NAFSUHUU = Penguasa telah datang sendirinya.
Contoh Athaf Nasaq :
قرأت التفسير والحديث
QORO’TU
AT-TAFSIIRO WA AL-HADIITSA = aku membaca Tafsir dan
Hadits.
Contoh Badal :
قضيت الدين نصفه
QODHOITU
AD-DAINA NISHFAHUU = Aku melunasi hutang separuhnya.
Ketiga contoh Tabi’ diatas sesungguhnya bukan
sebagai IDHOH bagi kalimah Matbu’.
Adapun Tabi’ NA’AT tidak keluar dari definisi qayyid IDHOH dan TAKHSIS tapi
keluar dari qayyid lain. Na’at dan Athof Bayan bersekutu dalam hal fungsi Idhoh,
akan tetapi pada Athof Bayan berfungsi sebagai penjelasan bagi dzat Matbu’,
yakni penerangan eksistensi hakikat asalnya. Sedangkan pada Na’at bukan sebagai
penjelasan secara langsung terhadap dzat asal Matbu’nya (man’utnya), tapi
sebagai keterangan Sifat diantara sifat-sifatnya.Contoh perbedaan fungsi IDHAH antara Na’at dan Athaf Bayan :
Contoh Na’at :
هذا خالد الكاتب
HAADZAA
KHOOLIDUN AL-KAATIBU = ini adalah Khalid sang
sekretaris.
Lafazh AL-KAATIBU = sebagai Na’at sebagai
keterangan atau penjelas bagi Matbu’nya dengan menyebut sifat diantara
sifat-sifatnya.
Contoh Athaf Bayan :
هذا التاجر خليل
HAADZAA
AT-TAAJIRU KHOLIILUN = Dia ini seorang pedagang (dia)
Khalil.
Lafazh KHOLIILUN = sebagai Athaf Bayan sebagai
penjelasan dzat Matbu’ AT-TAAJIRU.
JAMID :Umumnya Athaf Bayan berupa Isim Jamid, demikian juga membedakan dengan Na’at yang umumnya berupa Isim Musytaq.
TANPA TAKWIL :
Yakni tanpa ditakwil isim musytaq, juga sebagai pembeda dari Naat Jamid yg harus ditakwil Isim Musytaq, seperti contoh Naat yg berupa Isim Isyaroh :
مررت بعلي هذا
MARORTU
BI ‘ALIY HAADZAA = aku berjumpa dengan Ali ini.
Lafazh HAADZAA = sebagai Naat Jamid yg ditakwil :
yang hadir ini.