® Rajawally Intermezo

 Hadits dan isnad dari segi maqbul (diterima) dan mardud (ditolak) sebagai hujjah itu terbagi menjadi 3 bagian, yaitu: Sahih, Hasan, dan Dhaif.

Tiap-tiap dari tiga bagian hadits tersebut memiliki beberapa macam, berdasarkan tingkat kekuasaan atau kelemahanya. Berikut ini akan kami uraikan seluruhnya beserta bagian-bagiannya, insya Allah.

 1. Hadits Shahih Lidzati

Definisi

Hadits Shahih Lidzati adalah hadits yang sanadnya bersambung-sambung, diriwayatkan oleh orang yang adil, sempurna hafalannya dari orang yang skualitas dengannya hingga akhir sanad, tidak janggal dan tidak mengandung cacat yang parah.

Penjelasan Syarat- Syarat Hadits Shahih

  1. Sanadnya bersambung, maksudnya adalah rawi dalam sanad hadits bertali-temali, tidak ada yang gugur seorang pun. Dengan demikian, berarti tiap-tiap rawi pasti mendengar langsung dari gurunya. Oleh karena itu, hadits Al- Mu’allaq, Al Mu’adhdhal, Al Mursal, dan Al Munqati’ tidak termasuk hadits sahih, sebab sanadnya tidak bersambung.

  2. Perawi adil, artinya adil dalam periwayatan. Maksutnya rawi hadits mesti orang islam, dewasa, berpikiran sehat, selamat dari perbuatan dosa besar atau dosa-dosa kecil yang terus menerus, bebas dari hal-hal yang menodai kepribadian, misalnya makan di pasar, berjalan tanpa alas kaki atau tidak memakai tutup kepala. Oleh karena itu, riwayat orang yang fasik dan tidak dikenal kepribadian dan tingkah lakunya tidak dapat dikategorikan shahih, karena belum jelas keadilannya

  3. Dhabith, artinya kuat ingatan. Macam-macam Dhabith, yakni:
    • Dhabithush Shadri, artinya ingtan rawi itu benar-benar kuat menyimpan dalam pikirannya apa yang dia dengar, dan ingatannya itu sanggup dikeluarkan kapan dan dimana saja dikehendaki.

    • Dhabithul Kitab, artinya rawi itu kuat ingatanya berdasarkan buku catatannya yang dia tulis sejak dia mendengar atau menerima hadits dan dia mampu menjaga tulisan itu dengan baik dari kelemahan, apabila dia meriwayatkan dari kitabnya. Hal ini berlaku pada zaman pertama periwayatan hadits dimasa lapau. Sedangkan untuk zaman sekarang, cukup berdasarkan pada naskah-naskah yang telah disepakati kesahihannya.
    • Dhabithul Tam, maksudnya ingatan atau hafalan yang sempurna dan tidak cacat. Karenannya, orang yang kadang-kadang baik ingatannya dan kadang-kadang llupa, tidak dapat dianggap sebagai orang yang sempurna ingatan atau hafalannya. Oleh sebab itu, Hadits Hasan Lidzati tidak termasuk bagian ini, sebab di dalamnya tidak dicantumkan syarat Dhabth yang sempurna.

      Perkataan kami tentang: Perawi yang berkualitas sama awal hingga akhir sanad dalam definisi Hadits Shahih Lidzati diatas mencakup Hadits Marfu’, Mauquf, Maqthu’.

  4. Tidak ada Kejanggalan, Maksudnya adalah tidak adanya perlawanan antara suatu hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang dapat dipercaya dengan hadits yang diriwayatkan oleh jamaah atau sekelompok orang yang terpercaya pula, disebabkan dengan adanya penambahan atau pengurangan jumlah sanad atau tambahan dan kekurangan dalam materi hadits.
  5. Tidak Cacat  Parah, maksudnya cacat yang ada pada hadits  dari segi lahir hadits tersebut dapat diterima, tetapi setelah diselidiki dengan seksama jalur periwayatannya ternyata mengandung cacat yang menyebabkan hadits itu ditolak, misalnya hadits mursal atau munqathi’ yang diriwayatkan secara muttashil.

Contoh Hadits Shahih Lidzati

Contoh hadits shahih lidzati adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari, dari jalur Al-A’raj, dari Abu Hurairah r.a., sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda:

“ Seandainya aku tidak khawtair memberatkan umatku, pasti aku memerintahkan mereka agar bersiwak setiap kali hendak mengerjakan shalat.”

 

2. Hadits Hasan Lidzati

Definisi

hadits hasan lidzati adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang yang adil, yang kuat ingatannya, bersambung-sambung sanadnya, tidak mengandung cacat dan tidak ada kejanggalan.

Contoh Hadits Hasan Lidzati

Contoh hadits Hasan Lidztai adalah hadits yang diriwayatkan oleh At-turmudzi, dari jalur Muhammad bin Amer, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah r.a., sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda:

“Kalau sekiranya aku tidak khawatir memberatkan umatku, pasti aku perintahkan mereka bersiwak tiap-tiap akan shalat.”

Dalam sanad hadits riwayat Imam At Turmudzi tersebut tersapat rawi bernama Muhammad bin Amer. Menurut ulama ahli hadits, dia dinilai kurang kuat hafalannya.


Hasan Lidzati Menjadi Sahih Lighairih

hadits Hasan Lidzati bisa menjadi Shahih Lighairih, apabila menjadi kuat dengan adanya hadits yang sama dari jalur lain, yang serupa atau lebih banyak, sekalipun lebih rendah.

Contoh hadits Hasan Lidzati yang naik tingkatannya menjadi hadits shahih lighairih adalah hasit siwak riwayat Imam At-Tirmidzi, menjadi sahih lighairih, karena adanya hadits seperti itu melalu jalur Al-A’raj.


Hadits Hasan Lighairih

hadits Hasan Lighairih adalah hadits yang snaadnya tidak sepi dari seorang yang tidak jelas perilakunya atau kurang baik hafalannya dan lain-lainnya. hadits hasan lighairih ini harus memenuhi tiga syarat:

  1. Bukan pelupa yang banyak salahnya dalam hadits yang diriwayatkan.
  2. Tidak tampak ada kefasikan pada diri perawinya.
  3. hadits yang diriwayatkan benar-benar telah dikenal luas, karena ada periwayatan yang serupa dengannya atau semakna, yang diriwayatkan dari satu jalur lain atau lebih.

Catatan Istilah-Istilah Yang Berkaitan dengan hadits Shahih dan Hasan

  1. Istilah Jayyid dan Qawiy itu sama dengan istilah sahih. Adapun istilah TsabitMujawwad dan Shahih, diterapkan penggunannya pada hadits sahih dan hasan. Sedangkan istilah Musyabbih hanya diterapkan pada hadits hasan atau yang mendekati hasan.
  2. Perbedaan tingkat kekuatan hadits sahih itu menurut perbedaan sifat-sifat yang mempengaruhi kesahihan, baik dalam sanad atau matan hadits. Urut-urutan ketinggian hadits sahih adalah sebagai berikut:
  3. Hadits yang paling tinggi sanadnya, yaitu hadits yang sanadnya dikatakan oleh sebagian imam hadits sebagai Ashohhul Asaanid (yang paling baik sanadnya), sebagaimana perkataan Imam Al-Bukhari: Ashahul Asaanid (sanad yang paling baik) adalah riwayat Imam Malik, dari Nafi’, dari Ibnu Umar, menyusul kemudian riwayat Buraid bin Abdillah bin Abu Burdah, dari ayahya, dari datuknya, dari Abu Musa Al-Asy’ari.
  4. hadits yang paling tinggi kesahihan matannya adalah :
  • Hadits sahih yang telah disepakati oleh kedua Imam Hadits, yakni Bukhari dan Muslim.
  • Hadits sahih yang hanya diriwayatkan oleh Imam Bukhari sendiri.
  • Hadits yang hanya diriwayatkan oleh Imam Muslin sendiri.
  • Hadits sahih yang diriwayatkan menurut syarat-syarat Imam Bukhari dan Muslim
  • Hadits sahih yang diriwayatkan menurut syarat-syarat Imam Bukhari.
  • Hadits sahih yang diriwayatkan menurut syarat-syarat Imam Muslim
  • Hadits sahih menurut syarat selain Bukhari dan Muslim

Adapun hadits hasan itu sebagaimana hadits shahih, derajat sanad dan matannya juga berbeda. hadits hasan yang paling tinggi derajat sanadnya adalah hadits hasan yang oleh salah seorang ahli hadits dikatakan sebgaai Ahsanul Asanid (bersanad paling hasan) sedangkan yang paling rendah tingkatan sanadnya adalah yang tidak seperti diatas.

Adapun hadits hasan yang paling tinggi derajat matannya adalah hadits yang diperdebatkan antara shahih dan hasannya, sedangkan yang rendah tingkatannya adalah hadits yang diperselisihkan tentang shahih dan dhaifnya.

  • Kesahihan antara sanad dan matan itu tidak harus sama nilai derajatnya dalam satu hadits shaih. Sebab, satu hadits itu dinyatakan sahih dari segi sanad, karena sudah memenuhi syarat-syaratnya, seperti bersambung terus-meneurs dan lainnya, tetapi dari segi matannya tidak sahih, dikarenakan ada kejanggalan. Bisa juga terjadi sebailiknya, yakni sanad tidak shahih, karena tidak memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan, tetapi matan hadits sahih berdasarkan jalur lain. Demikian pula halnya hadits hasan, mungkin satu hadits dinilai hasan dari segi sanad, tetapi dari segi matan tidak hasan.
  • Kadang-kadang para ahli hadits memberi nilai satu hadits dengan dua nilai, dengan istilah hasan sahih. Istilah seperti ini pada dasarnya membingungkan, karena pengertian hasan berbeda dengan pengertian sahih. Menanggapi hal ini, ada jawaban yang simpel, yaitu diantara kata hasan dan sahih itu terdapat huruf Auw artinya “atau” yang dibuang jadi asalnya, hasan atau sahih. Maksudnya hadits tersebut bersifat sahih menurut jalur tertentu dan hasan menurut jalur lainnya.
  • Penambahan yang dilakukan seorang rawi yang memenuhi syarat sahih dan hasan itu dapat diterima, selama penambahan itu tidak berlawanan dengan riwayat orang yang tidak melakukan penambahan. Apabila ada pertentangan, maka harus di-tarjih (memperbandingkan kekuatan riwayat masing-masing). Jika satu dari riwayat ada yang lebih kuat dari yang lain, maka yang kuat itulah yang diakui, sedangkan satu yang lainnya dianggap syad atau janggal.

 

3. Hadits Dhaif

Definisi

hadits Dhaif adalah hadits yang tidak memenuhi satu syarat maqbul (diterima) atau lebih. hadits dhaif itu banyak cabang dan bagiannya. Tingkat kedhaifan hadits dhaif itu berbeda-beda, menurut bobot, ringan, atau berat kedhaifan sanad dan matannya.

Hukum Hadits Dhaif

Sebenarnya hadits dhaif itu bisa diamalkan, selama kedhaifannya tidak terlalu parah dengan syarat:

  1. hadits yang dhaif itu masih dibawah satu hadits yang dapat diamalkan (sahih dan hasan).
  2. Dalam mengamalkan hadits dhaif harus dengan itikad untuk berhati-hati.

Sikap Pakar Hadits Terhadap Hadits Dhaif

Kedhaifan suatu hadits menurut pakar ilmu Mustholah hadits tidak pasti, bahwa ia tidak shahih dan tidak hasan. Sebab, boleh jadi hadits yang dhaif itu hakikatnya shahih atau hasan.

Demikian pula hadits shahih atau hasan, menurut mereka tidak pasti, bahwa hakikatnya shahih atau hasan. Sebab, boleh jadi ada kesalahan dan kealpaan pada orang yang adil dari kebenaran ada pula orang yang tidak adil.


X
Donasi yang tertampung akan digunakan untuk perkembangan Aplikasi/website ini, dan sebagian akan disumbangkan untuk Mesjid atau Madrasah

Donasi dapat melalui bank BRI
No Rekening : 416001002997504
Atas Nama : Yudi Mansopyan

Terimakasih..!